Bukan Mengakhiri Puasa-Mu

Review | repost




https://www.kompasiana.com/suhandayana


Suhandayana Day

PeGiat EDUMEDIART [ Edukasi, Media, Art ] antar institusi.



CATATAN


20 Agustus 2012 12:24 Diperbarui: 25 Juni 2015 01:31



*

Syawal hanyalah satuan waktu. Diuji puasa, membatalkan puasa, lalu puasa lagi. Cegah kecamuk rasa, olah amuk rasa. Syawal tak sempat terus-menerus kusiapkan. Telah beberapa kali aku kehilangan bening fitri. Kukubur sendiri dalam jutaan kata, di lubang hujat, kusamar di ketiak kesombongan keakuan, kubakar di kedip mata, terbuai kelalaian jalangku. Keselamatan jadi merenggang, negeri kami jadi kemarau di musim hujan. Rakyat kebanyakan mengecap amalan tanpa ilmu dan keahlian. Wakil-wakil kami Kau penjarakan. Korupsi merajalela lebih dari sebaran penyakit menular dan kekejian wereng petani jelata. Kemulyaan bangsa kami hampir meredup. Beberapa binatang dan tetumbuhan sementara Kau sisihkan, agar kami terpaksa lapar dan lelah. Fitratillah jadi enggan menyapa langkah lakuku. Tapi, kemarin kesejukan Tasbih-Mu diam-diam mengajakku rerujuk. Agar aku tetap menjaga Tau-Mu. Tau apa dan mengapa Kau cipta manusia Kamil-Mu.

*

Syawal tak sendirian. Dikawal Salam-Mu, disuka salam kami. Detaknya secepat kesadaran mengendarai keridhoan Illahi. Di hari fitri kami terkenang kebajikan mengatasi kekurangan. Jika salah kami terbit di masa lalu, tak layak kupanjat Maaf-Mu lain hari. Jika keliru kami malam ini, bakal terlambat karena menunggu matahari terbit untuk beringsut di hadapan Cinta-Mu. Jika kewaspadaan kami terlepas dari arah menuju zaman akhir, masihkah Engkau membasuh kekotoran kami? Hanya dengan Puasa-Mu, kekhilafan bakal mereda. Hanya dengan Syawal-Mu, hamparan kasih dapat penuh kuraih. Kiranya, puasa tak bercelah, senantiasa berjalan sepanjang nafas kami membaca hikmah Keagungan-Mu, sejalur Fitrah-Mu terasa memeluk kejadian kami.

*

Wahai Syawal yang mendebarkan keharuan, kian membuka lembaran kehidupan. Bumi menyiapkan langit demi terjabar isi demi isi kitab yang dulu tak sanggup kami cermati. Itupun telah Kau dahului tanda serupa perkara malam seribu bulan, kemudahan nyata agar kami tau jalan awal dan jalan kembali. Sesekali bolehkan kami menghirup kebebasan, ketika segala cahaya jatah hidup masuk meruak kehidupan. Tak hendak kami mengakhiri Puasa-Mu. Dan, segera Kau panggil kembali ruh-ruh kami untuk melayani Puasa-Mu. Semasa Idul Fitri, maafkan lagi lahir-batin kami. Semoga Syawal membawa berkah rahmat keselamatan bagi alam semesta raya. Amin.

*

[ Day, 12h20 ]





*

kompasiana.com Suhandayana | Catatan | Sastra | Prosa | Puisi

Tidak ada komentar: